PERTANYAAN
:
1. Jelaskan
kemungkinan terbentuknya ikatan rangkap tiga pada minyak yang memiliki asam
lemak tak jenuh
2. Jelaskan
bagaimana proses pencucian/penyabunan menggunakan pelarut organik bebas air
3. Bagaimana
cara kerja indra pengecap sehingga dapat menimbulkan cita rasa manis contohnya
pada fruktosa
4. Jelaskan
hubungan hormone oksitosin dengan signal gelombang α dan θ yang dikeluarkan
otak
5. Jelaskan
bagaimana sifat basa dapat dihasilkan oleh gugus OH- pada sakarida
JAWAB:
+
--->
JAWAB:
NOMOR 1
Gambar Asam Lemak Tak
Jenuh
Untuk membuat asam
lemak tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap dua menjadi lemak tak jenuh dengan
ikatan rangkap tiga dapat dilakukan dengan menganggap bahwa ikatan rangkap
dalam asam lemak ini memiliki prinsip yang sama dengan alkena, dengan melalui
beberapa tahap yaitu :
1.
Reaksi halogenasi terhadap ikatan
rangkap pada asam lemak tak jenuh, dalam hal ini dicontohkan dengan menggunakan
Cl2
2. Senyawa dihalida yang terbentuk
dihidrogenasi menggunakan basa kuat seperti KOH untuk dapat menghasilkan
senyawa dengan ikatan rangkap tiga
+ 2K−OH ---->
+ 2 KBr +2H2O
NOMOR 2
Sabun
adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau minyak dengan
Alkali. Sabun mempunyai sifat membersihkan. Sifat ini disebabkan proses kimia
koloid, sabun (garam natrium dari asam lemak) digunakan untuk mencuci kotoran
yang bersifat polar maupun non polar,
karena sabun mempunyai gugus polar dan non polar. Molekul sabun mempunyai
rantai hidrokarbon yang bertindak sebagai ekor yang bersifat hidrofobik (tidak
suka air) dan bersifat lipofilik (tertarik atau larut dalam minyak dan lemak) sedangkan
COONa+ sebagai kepala yang bersifat hidrofilik (suka air) dan larut dalam air.
Pengotor
umumnya melekat pada pakaian atau badan dalam bentuk lapisan minyak yang sangat
tipis. Jika lapisan minyak ini dapat dibuang, partikel-partikel
pengotor dikatakan telah tercuci. Dalam proses pencucian, lapisan minyak
sebagai pengotor akan tertarik oleh ujung lipofilik sabun, kemudian kotoran
yang telah terikat dalam air pencuci karena ujung yang lain (hidrofilik) dari
sabun larut dalam air.
Jika
air sebagai pelarut pada penyabunan ini digantikan dengan pelarut organik bebas
air, maka perlu ditinjau sifatnya yang mirip dengan air. Air merupakan pelarut
universal yang memiliki sifat polar lebih tepatnya pelarut protik polar, yaitu
pelarut polar yang menunjukkan atom hidrogen yang menyerang
atom elektronegatif dalam hal ini adalah
oksigen. Sebagai pelarut protik, air memiliki tetapan dielektrik sebesar 80 dan
momen dipol sebesar 1.85 D.
Untuk menggantikan air sebagai pelarut
dalam proses penyabunan ini, maka dapat dipilih pelarut organic yang berupa
pelarut protik polar juga, seperti asam format (H-C(=O)OH) memiliki tetapan
dielektrik 58 dan momen dipol 1.41 D.
Selain
menggunakan pelarut protik polar dapat juga menggunakan pelarut aprotik polar,
karena memiliki ikatan dengan ikatan dipol yang besar. Seperti yang diketahui
bahwa gaya dipole-dipol merupakan gaya yang bekerja antara molekul-molekul
polar (senyawa kovalen polar), yaitu molekul-molekul yang memiliki momen dipol.
Dimana setiap senyawa kovalen polar memiliki
dipol, yaitu muatan yang terpolarisasi (terkutubkan) menjadi muatan positif dan
negatif. Dipol-dipol yang berbeda akan saling tarik-menarik, sedangkan yang
berlawanan akan tolak-menolak. Makin besar momen dipolnya, semakin kuat
gayanya.
Contoh
pelarut aprotik polar yang dapat digunakan dalam penyabunan ini yaitu Asetonitril
(CH3-C≡N) yang memiliki konstanta dielektrik 36 dan
momen dipol 3.92 D. Dari sifat dasar ini maka kelarutan
solut pada asetonitril meningkat dengan meningkatnya polaritas anion. Kelarutan
garam dengan ukuran kecil cenderung lebih rendah daripada kelarutan garam
dengan anion berukuran besar. Pada sistem larutan yang menghendaki pemisahan
muatan kation-anion terlarut maka peggunaan pelarut asetonitril sangatlah
cocok.
NOMOR 3
Lidah adalah indera
pengecap. Lidah sebagai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia.
Lidah memiliki reseptor pengecap berupa kuncup pengecap yang tersebar di
seluruh permukaan atas dan di sepanjang pinggir lidah, tersusun
dari sel pendukung dan sel pengecap yang bentuknya memanjang dan
memiliki mikrovili. Pada mikrovili terdapat reseptor molekul protein yang menyebabkan otak dapat mengenali lima
pengecap dasar, yaitu manis, asin, pahit, masam, dan umami.
Mikrovili atau tonjolan
rambut pada permukaan lidah ini dikelompokkan menjadi 3 bentuk, yaitu:
1. Papilla bentuk benang (filiformis)
disebut papilla peraba, tersebar di seluruh permukaan lidah
2. Papilla bentuk dataran yang
dikelilingi parit-parit atau berbentuk huruf V (sirkumvalata) disebut
papilla pengecap, terdapat di dekat pangkal lidah atau di bagian tengah
belakang yang peka terhadap rasa pahit
3. Papilla bentuk jamur (fungiformis)
disebut papilla pengecap, terdapat di tepi lidah bagian depan yang peka
terhadap rasa manis, samping depan peka terhadap rasa asin, dan samping
belakang peka terhadap rasa asam
Agar dapat
dirasakan, semua makanan harus menjadi cairan, serta harus benar-benar
bersentuhan dengan ujung saraf yang mampu menerima rangsangan yang
berbeda-beda. Putting pengecap yang berbeda-beda menimbulkan kesan rasa yang
berbeda-beda juga.
Karena
fruktosa adalah jenis karbohidrat yang paling sederhana yaitu monosakarida, ditemukan
pada madu dan buah-buahan. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama
dengan glukosa, C6H12O6 dengan struktur :
Untuk menimbulkan rasa manis, fruktosa yang berasal dari buah ini,
ditimbulkan jika buah yang dimakan di kunyah hingga halus dan mengeluarkan
cairan. Susunan atom dalam fruktosa yang terdapat dari buah yang telah halus
ini bersentuhan dengan ujung saraf dan merangsang papilla bentuk jamur (fungiformis)
atau papilla pengecap yang terdapat di tepi lidah bagian depan. Rangsangan ini
kemudian diteruskan menuju ke pusat saraf pengecap di otak, kemudian otak
menangapi rangsangan tersebut sebagai rasa manis.
NOMOR 4
Gelombang otak adalah
gelombang listrik yang dikeluarkan oleh neuron dalam otak. Berdasarkan
frekuensinya gelombang otak digolongkan menjadi gelombang delta, theta, alpha dan beta.
Gelombang otak Alpha
berada pada frekuensi 8-13 Hz . Pada frekuensi Alpha adalah
keadaan di mana otak manusia dalam keadaan rileks tapi masih dalam keadaan
sadar (conscious). Ketika kita berada dalam gelombang Alpha, suasana terasa
rileks dan stress akan hilang. Kondisi relaks mendorong aliran energi kreativitas dan perasaan segar, sehat. Kondisi
gelombang otak Alpha ideal untuk perenungan, memecahkan masalah, dan
visualisasi, bertindak sebagai gerbang kreativitas kita.
Gelombang otak Theta (4-8
Hz) muncul saat bermimpi pada tidur ringan atau mengalami mimpi secara
sadar. Frekuensi Theta ini dihubungkan dengan pelepasan stress
dan pengingatan kembali memori yang telah lama.
Hormon oksitosin dihasilkan oleh kelenjar hipotalamus dan
berfungsi untuk merangsang kontraksi pada rahim saat proses persalinan. Oksitosin
dikatakan mempunyai efek Stress Induced Tachycardia, melalui n. vagus
menyebabkan bradikardia, yaitu menghambat respon tachycardia akibat stress physic (exercise). Oksitosin diduga bertugas
mengontrol denyut nadi pada saat stres physic.
Hubungan
antara kedua gelombang ini pada hormon oksitosin yaitu bahwa pada saat stress
dimana otak mengeluarkan gelombang theta, hormon stres dalam tubuh akan
meningkat. Meningkatnya produksi hormon stres ini akan merusak semua fungsi
organ tubuh termasuk menghambat produksi oksitosin. Contoh keadaan stress yaitu
pada saat melahirkan seorang ibu merasakan stress karena rasa was-was akan
proses kelahiran, keadaan ini akan menghambat produksi hormone oksitosin
padahal hormone oksitosin sangat penting dalam proses persalinan karena oksitosin
menyebabkan otot polos uterus berkontraksi dalam stadium akhir kehamilan. Bagi
perempuan yang mengalami kontraksi lamban, tetesan oksitosin dapat digunakan
untuk membantu kontraksi lebih kuat dan teratur. Selain itu, hormon oksitosin
juga memainkan peranan penting saat setelah proses melahirkan yakni merangsang
rahim berkontraksi lagi untuk mengeluarkan plasenta.
Untuk itu dokter
berusaha untuk mengurangi stress tersebut dengan membuat keadaan dalam kondisi
alfa dengan cara membuat ibu mengatur nafas, serta dengan didengarkan music
klasik yang membuat kondisi menjadi nyaman.
NOMOR 5
Karbohidrat atau sakarida adalah segolongan besar senyawa organik
yang tersusun hanya dari atom karbon,
hidrogen,
dan oksigen.
Pada senyawa yang termasuk karbohidrat terdapat
gugus fungsi yaitu gugus –OH, gugus aldehida atau gugus keton.Karbohidrat
meliputi monosakarida, disakarida, dan polisakarida dengan rumus umum (CH2O)n.
Berikut ini struktur molekul dari berbagai sakarida
Dapat dilihat pada setiap jenis sakarida di atas
banyak terdapat gugus hidroksil (-OH-)
pada setiap molekulnya. Untuk melihat sifat basa pada sakarida dapat dilihat
pada disakarida, dimana disakarida terbentuk dari reaksi kondensasi dua molekul
monosakarida. Reaksi kondensasi sendiri adalah reaksi penggabungan antara dua
senyawa yang memiliki gugus fungsi dengan menghasilkan molekul yang lebih
besar. Dalam reaksi ini biasanya dibebaskan air. Gugus fungsi yang bereaksi
yaitu gugus fungsi bersifat basa dengan gugus fungsi bersifat asam.
Pada pembentukan disakarida, reaksi yang terjadi
melibatkan gugus –OH dari atom C anomerik pada monosakarida pertama, dengan
suatu gugus –OH yang terikat pada suatu atom C dari monosakarida kedua. Jenis
ikatan yang terbentuk adalah ikatan kovalen antara atom C anomerik dengan atom
O. Ikatan ini disebut dengan ikatan glikosida (ikatan C-O).
Jadi dapat dilihat bahwa pada sakarida memiliki
sifat basa karena seperti dalam teori asam basa, bahwa menurut Arhenius basa adalah
senyawa yang memiliki gugus hidroksil dan melepaskan gugus hidroksil dalam
larutan air.